• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Sabtu, 24 Januari 2015


Chapter 1

Aku adalah aku,
Dan setiap kali kau melihatku,
Maka aku adalah yang kau lihat itu
Ku tak peduli kau bicara tentangku bagaimana
Karena aku merasa bahwa aku hidup tidak untuk kau lihat
Jika kau ingin menemukanku di tempat ini,
Maka pergilah kesana dan temukan bagaimana caraku,
Hingga aku sampai disini..

Gerimis senja membasahi bumi Malang pekan ini. Tanah jawa yang sejuk dan basah oleh rinai hujan disenja maupun pagi hari membuatku menggigil tak kunjung usai. Ku buka tirai jendela sekedar untuk menyaksikan rintik-rintik lembutya. Aku merasakan sesuatu yang sangat indah di tempat ini. Tempat yang jauh dari peraduanku, tempat dimana aku asing dengan semua yang ada. Aku bergumam, dalam hati ada secuil kenangan pahit disini, namun bukan ditempat ini, melainkan dengan orang yang tlah membawaku sampai disini. Aku memiliki banyak alasan mengapa ku beranikan datang dari kota panas, Jakarta menuju lembah dingin kota di kaki Semeru. Ialah untuk sebuah rencana besarku, sebuah impian dan tekad bulat yang ku tunggu-tunggu sejak satu bulan yang lalu. Ku selesaikan ujian akhir semesterku untuk segera mengunjungi teman lama di kota pendidikan ini. Rasanya seperti mimpi. Sejak hampir 4 tahun yang lalu ia meninggalkanku, maka tahun inilah sebuah kesempatan datang padaku untuk kembali bersua dengannya. Aku selalu memikirkan bagaimana tepatnya bersikap padanya? Apa kalimat pertama yang mesti ku ucapkan untuknya? Haruskah aku berpura-pura menjadi dewasa untuk membuatnya terkesan? Kurasa aku tidak terlalu percaya diri untuk hal ini. Hingga aku bertanya pada salah seorang temanku tentang bagaimana cara menjadi cantik dalam waktu satu bulan saja? Temanku mengatakan bahwa aku tidak usah menjadi cantik untuk hal itu. Cukup dengan menunjukkan sikap manisku, maka aku akan dipuji olehnya. Aku tersenyum kecut, betapa aku menyadari bahwa aku tidak pernah bersikap manis terhadap siapapun termasuk teman-temanku. Aku selalu apa adanya diriku. Terkesan cerewet dan sangat berterus terang. Namun yang mereka suka pada diriku adalah sifatku yang periang, peduli, dan penyayang. Buruknya, aku tidak memiliki sikap feminime.  Aku menepis semua perkataan temanku itu, bagaimana bisa? Kemudian ia menjawabnya, “jika kamu ingin menemui seseorang dan kamu ingin membuatnya terkesan, maka jangan pernah berpura-pura”. Aku tertegun, mencerna semua kata-katanya. Yah, aku memang seperti ini, aku adalah aku. Aku tidak perlu menjadi orang lain untuk membuat orang lain bahagia. Akan ku katakan padanya, bahwa aku datang dengan sebuah kesederhanaan dan kejujuran. Juga dengan sebuah rindu yang mendalam terhadapnya. Aku hanya berharap ia juga menungguku, dan bahagia atas kedatanganku.
Bertahun-tahun, setelah lama ku tak mendengar kabar tentangnya, tiba-tiba aku merasa sangat merindukannya. Bagaimana keadaannya setelah kejam meninggalkanku hampir empat tahun yang lalu. Aku sangat ingin melihatnya. Dulu, memang hanya kebencian yang ada dalam diriku. Betapa aku adalah seorang gadis baik-baik yang memberikan cinta tulus untuknya dibalas dengan sebuah pengkhianatan yang teramat sangat keji. Oh aku merasa harus membalas semua ini. Karena hal itu membuatku berderai airmata sepanjang hari. Aku meratapi kebodohanku sebagai gadis lugu yang baru mengenal cinta. Betapa mudahnya aku dibohongi oleh orang yang baru kukenal satu bulan yang lalu. Namun, sebelum cinta itu menjelma, aku mengenalnya sebagai sosok seorang kakak yang sangat bijaksana. Yang memberikanku cinta dan kasih sayang yang sempurna. Ialah serpihan hati yang membagi cinta dalam kehidupan samarku. Ialah tabir jiwa yang membuka makna kehidupan dalam keterjagaan dunia. Ia adalah sosok seorang guru yang mengajarkanku tentang keajaiban hari esok. Membimbingku untuk tetap melangkah tegas ke depan. Ia tak pernah meminta intan permata yang dimiliki oleh orang yang berada, padahal ia telah memberi yang lebih berharga dari itu semua yakni sebuah pengajaran tentang kehidupan. Ia pun tidak pernah memperlihatkan dukanya pada setiap insan yang bernafas. Kenangan itulah yang akan selamanya hidup dalam sanubariku. Aku menyebutnya guru yang hebat dalam keseharianku, aku memanggilnya kakak yang sangat luar biasa, ketika kerap kali ia menasehatiku dengan kata-katanya yang bijak, namun terkadang aku menyebutnya seorang kekasih kala ia ada di saat hatiku merasakan cinta atas kekagumanku padanya. Hingga gambaran tentangnya tak bisa terlukiskan oleh apapun didunia ini. Tuhan telah menuliskan garis takdirku untuk menemukannya di tempat ini. Ia datang dengan segala pengabdian dan tanggung jawab. Ia bagaikan seonggok tubuh dengan kekuatan yang tanpa terbatas. Aku terus memandanginya. Ia bertutur kata santun dan lembut, yang diam-diam bahasanya meraba hatiku dengan cinta. Aku tersenyum dalam hati. Aku merasakan perasaan yang begitu indah dan kuat. Meski aku tau ia hanya akan menjadi seorang guru bagi murid nakal sepertiku.
Aku memanggilnya Ibrahim, nama yang selalu mengingatkanku pada kekuatan cinta. Nama indah yang tak pernah ku hapus dari ingatanku. Aku bahagia mengenalnya sebagai laki-laki yang tegas dan bijaksana. Aku bertemu dengannya kala itu, dimana aku masih terlalu belia untuk mengenal cinta. Banyak masa-masa yang sulit untuk dijelaskan yang pernah ku lalui bersama dengannya. Meski aku tau inilah cinta. Cinta yang tak untuk disampaikan. Hanya aku yang begitu mengaguminya. Sebatas mengagumi tanpa berani memperlihatkannya. Aku hanyalah anak gadis yang lugu, anak gadis yang tak punya apa-apa untuk dikagumi. Aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan tanpa berharap ia akan berpaling dan melihatku. Malang nian, namun masa-masa itulah yang membawaku pada keabadian cinta. Aku tidak pernah tau alasan mengapa aku masih tetap ada. Berjuang untuk merebut cintaku yang tlah lama hilang. Aku tak pernah tau mengapa aku masih tetap mencintainya hingga kini. Setelah ia menyakitiku, setelah aku lama dengan orang lain, bahkan sampai aku merasa berhasil membalas perlakuannya terhadapku dulu. Ia mencaciku, aku tak peduli. Karena rasa sakit hati yang membutakan kebaikanku. Hingga ia pun menghilang, dan perlahan aku mulai melupakannya.