Minggu, 29 Januari 2017

Kehidupan Samar



Wahai hujan, darimu manusia kembali lahir dari keringnya hati mereka setelah berhari-hari termakan panasnya ketamakan.
Suaramu yang lirih terdengar merdu di telinga mereka pecinta musik, seperti syair-syair yang tak pernah tersentuh oleh makna.
Engkau sendirian, menyusuri jalan-jalan, datang dari bukit-bukit lalu turun ke lembah-lembah.
Menari ketika kekasihmu sang angin berjalan bersamamu. Menikmati deburan ombak yang samar-samar terdengar gemericik berlalu menjadi buih.
Engkau bagai raja, kebijaksanaanmu masyhur sampai ke telinga para pemuka Negeri antah berantah.
Lalu mereka berbondong-bondong mendatangimu, menyembah dan berlutut diadapanmu berharap mendapatkan cinta dari kebijaksanaanmu itu.
Sementara sang fakir hanya terduduk lesu mengagumi keindahan jubahmu, yang menebarkan wewangian surga tanpa berani menyentuhmu.
Namun engkau dengan lembut menolak para pemuka itu. Kemudian engkau berkata bahwa lebih baik mengembara sendirian, melaju tanpa harus meminta atau dimintai.
Karena bagimu, cinta tak memandang mana bahagia mana nestapa.
Elga
6 Januari 2017

0 komentar:

Posting Komentar